TEOREMA PENGUJIAN HIPOTESIS
TEOREMA PENGUJIAN HIPOTESIS
Vina
Nabilya Anggraeni
(1617202083)
4
Perbankan Syariah B
Dosen Pengampu
Mahardhika
Cipta Raharja, SE, M.Si
Jurusan Perbankan Syariah
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam
Institut Agama Islam Negeri Purwokerto
Tahun 2018
A.
Pendahuluan
Dalam mempelajari statistik
inferensial, yaitu pendugaan parameter dengan memakai statistik yang dihitung
dari sampel. Statistik inferensial yang berkaitan dengan pengambilan keputusan,
yaitu pengujian hipotesis,. Dalam percakapan kita sehari-hari, sesungguhnya
kita sudah banyak berkenalah dengan kata hipotesis. Hipotesis merupakan suatu
asumsi atau anggapan yang bisa benar atau bisa salah mengenai sesuatu hal dan
dibuat untuk menjelaskan sesuatu hal tersebut sehingga memerlukan pengecekan
lebih lanjut. Asumsi atau anggapan tersebut seringkali dipakai sebagai dasar
dalam memutuskan atau menetapkan sesuatu dalam rangka menyusun perencanaan atau
kepentingan lainnya baik dalam bidang ekonomi, bisnis, pendidikan, bahkan
politik.
Untuk mengetahui apakah asumsi yang
telah kita buat mengenai parameter populasi itu benar atau salah sehingga kita
akan memutuskan menerima atau menolak hipotesis, diperlukan pengujian dengan
memakai data dari sampel.
Langkah-langkah atau prosedur yang
dilakukan dengan tujuan untuk memutuskan apakah kita menerima atau menolak
hipotesis mengenai parameter populasi tersebut disebut pengujian hipotesis.
Kemudian data untuk pengujian hipotesis lazimnya dihasilkan dari sampling
sehingga untuk tujuan menyimpulkan karakteristik populasi tidak luput dari
kekeliruan.
B. Pembahasan
1. Definisi Hipotesis
Hipotesis merupakan proposisi yang
dirancang untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih variabel yang
memerlukan pengujian secara empiris tentang kebenarannya.
Hipotesis statistik adalah suatu asumsi atau anggapan atau
pernyataan yang mungkin benar atau mungkin salah mengenai pramameter satu
populasi atau lebih. Langkah-langkah
atau prosedur yang dilakukan dengan tujuan untuk memutuskan apakah kita menerima
atau menolak hipotesis mengenai parameter populasi disebut pengujian hipotesis.
Untuk suatu hipotesis yang telah dibuat, hanya dua kemungkinan yang akan kita
putuskan, yaitu kita akan menolak hipotesis atau menerima hipotesis, setelah
kita menghitung dari sampel. Menolak hipotesis artinya menyimpulkan bahwa
hipotesis tidak benar. Sedangkan menerima hipotesis artinya tidak cukup
informasi dari sampel untuk menyimpulkan bahwa hipotesis harus kita tolak.
Artinya walaupun hipotesis itu diterima, tidak berarti bahwa hipotesis itu
benar.
Ditinjau dari
ruang lingkup besar kecilnya variabel, hipotesis dibedakan menjadi hipotesis
mayor dan hipotesis minor. Adapun bila ditinjau dari cara proses hipotesis itu
diperoleh, terdapat hipotesis induktif dan hipotesis deduktif. Ada pula
hipotesis yang dibedakan menurut rumusannya dalam penelitian, yaitu hipotesis
nol (hipotesis statistic, null hypotensis) dan hipotesis alternative (hipotesis
kerja, hipotesis penelitian, atau hipotesis deklaratif). Jenis hipotesis
menurut pembagian terakhir ini perlu mendapat perhatian utama dari setiap
peneliti. Hipotesis alternatif adalah rumusan hipotesis yang dirumuskan
peneliti dalam penelitiannya atau hipotesis tandingan (H1),
sedangkan hipotesis nol adalah hipotesis bandingan dari hipotesis alternative
yang akan diuji si peneliti dengan menggunakan perhitungan statistik atau
dengan harapan untuk ditolak (Ho).
Selanjutnya, hipotesis nol dan hipotesis alternative diatas
masing-masing terbagi menjadi hipotesis terarah dan tidak terarah . merumuskan
hipotesis terarah/tidak terarah dengan baik merupakan hal yang penting bagi
seorang peneliti. Berikut contoh hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang
terarah danm tidak terarah.
·
Hipotesis alternatif terarah
a. Terdapat korelasi yang signifikansi antara kemampuan membaca
interpretative dengan kemampuan menulis resensi cerpen.
b. Faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran
bahasa Indonesia di SMU berpengaruh terhadap kemahiran berpidato mahasiswa
jurusan bahas Indonesia TK I.
c. Prestasi belajar matematika siswa sekolah lanjutan yang membahas
soal-soal formatif di rumah lebih baik daripada membahasnya di sekolah.
·
Hipotesis nol terarah
a. Tidak terdapat korelasi yang signifikan antara kemampuan membaca
interpretative dengan kemampuan menulis.
b. Faktor-faktor bahasa ibu, lingkungan di luar rumah, dan pelajaran
bahasa Indonesia di SMU tidak berpengaruh terhadap kemahiran berpidato
mahasiswa jurusan bahas Indonesia TK I.
c. Prestasi belajar matematika siswa sekolah lanjutan yang membahas
soal-soal formatif di rumah tidak lebih baik daripada membahasnya di sekolah.
·
Hipotesis alternatif tidak terarah
Ada
perbedaan Prestasi belajar matematika siswa sekolah lanjutan yang membahas
soal-soal formatif di rumah lebih baik daripada membahasnya di sekolah.
·
Hipotesis nol tidak terarah
Tidak
ada perbedaan Prestasi belajar matematika siswa sekolah lanjutan yang membahas
soal-soal formatif di rumah lebih baik daripada membahasnya di sekolah.
Rumusan
hipotesis yang terarah dan tidak terarah mendukung penggunaan teknik statistic
yang tepat dalam menguji hipotesis sebagai penarikan kesimpulan. Terbukti
tidaknya suatu hipotesis itu maksudnya, bisa saja rumusan hipotesis itu benar,
tetapi setelah datanya dikumpulkan ternyata hipotesisnya itu ditolak. Dalam hal
ini, bukan hipotesisnya yang salah, melainkan karena salah perhitungan dan
faktor instrument (soal) penelitian, serta variabel lain yang tidak terkontrol.
2. Kekeliruan Dalam Pengujian Hipotesis
Misalnya seorang insinyur pertanian
ditanya, apakah penggunaan pupuk jagung jenis baru di daerah A memberi hasil
yang sama dengan hasil di kebun percobaan?untuk menjawab pertanyaan tersebut
perlu dilakukan pengujian (pembanding hasil percobaan di lapangan yang
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Langkah 1.
Insinyur itu mulai dengan mengasumsikan bahwa, sampel yang diuji diambil dari
populasi yang sama dengan rerata hasil = µo, yang telah diketahui. Asumsi ini disebut hipotesis nol dan
dinyatakan dengan Ho : ( µ = µo ). Asumsi kedua
yang dapat dibuat adalah dengan menyatakan bahwa Ho
tidak benar. Hipotesis ini disebut hipotesis alternative yang dinaytakan dengan HA : ( µ ‡ µo ). Atau HA : ( µ > µo ) atau HA : ( µ < µo ) Jika dalam pengujian itu diperoleh Ho : ( µ = µo ) ternyata benar, maka HA : (‡) secara
otomatis ditolak.
Langkah 2. Pada setiap keputusan yang diambil, selalu
terdapat peluang terjadi kekeliruan. Oleh sebab itu insinyur itu mencoba
menemukan peluang terjadinya kekeliruan dengan menyatakan bahwa, hipotesis nol
itu palsu yang pada kenyataannya adalah benar. Dalam hal ini ia menmcoba
mencari peluang menolak hipotesis Ho : ( µ = µo ), kekeliruan demikian itu disebut kekeliruan
tipe I dan peluang terjadinya dinyatakan dengan α, sedangkan besaran (1-α)
disebut tingkat kepercayaan, yakni peluang membuat keputusan yang benar jika
pada kenyataannya Ho memang benar.
Jika α kecil, maka hasilnya dapat dinyatakan secara statistika adalah
signifikan, dan asumsi Ho : ( µ = µo ) tidak bisa dikatakan terjadi karena kebetulan.
Langkah 3. Lazimnya terdapat nilai rerata hasil µ1 yang harus dihindari. Dalam kasus insinyur tadi
ingin menyakinkan bahwa, pupuk yang dipakai tidak diambil dari persediaan
dengan rerata hasil HD : ( µ = µ1 ) dimana µ1 merupakan harga batas µ yang
harus dihindari.
Langkah 4. Selanjutnya ia mencoba menemukan peluang untuk menerima Ho sebagai benar yang pada
kenyataannya HD-lah yang
benar. Artinya menemukan peluang β yang menyatakan µ = µo, padahal µ = µ1. Kekeliruan ini
disebut kekeliruan tipe II atau kekeliruan β.
Terima Ho
|
Tolak Ho
|
|
Ho benar
|
Keputusan yang benar
|
Kekeliruan I
|
Ho salah
|
Kekeliruan II
|
Keputusan yang benar
|
Definisi kekeliruan tipe I dan tipe
II
Setelah keempat langkah tersebut dilaksanakan dan diperoleh nilai α
dan β yang kecil, maka insinyur itu telah memiliki landasan statistika yang
dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tetapi jika α dan β tidak
sekecil seperti yang diharapkan, ia hanya dapat mengatakan bahwa tiodak cukup
bukti untuk membuat kesimpulan yang signifikan. Kemungkinan-kemungkinan
pengambiulan keputusan dengan kekeliruan tipe I ( atau kekeliruan α) terjadi
karena menolak Ho yang benar dan kekeliruan tipe II ( atau kekeliruan β) terjadi
kaeran menerima Ho yang seharusnya ditolak.
Secara
ringkas, pengujian hipotesis mempunyai sifat-sifat sebagai berikut :
a. Ada hubungan antara kekeliruan tipe I dan kekeliruan tipe II.
Memperkecil probabilitas melakukan kekeliruan tipe I akan memperbesar
probabilitas melakukan kekeliruan tipe II.
b. Probabilitas melakukan kekeliruan tipe I dapat diperkecil dengan
menyesuaikan nilai kritis.
c. Makin besar ukuran sampel, maka nilai α dan β akan makin kecil.
d. Bila hipotesis nol salah maka nilai β akan mencapai maksimum,
bilaman nilai parameter yang sesungguhnya dekat dengan nilai yang di hipotesiskan.
Makin besar jarak antara nilai sesungguhnya dengan nilai yang di hipotesiskan,
makin kecil nilai β.
3. Langkah Pengujian Hipotesis
Uji hipotesis
pada dasarnya dilakukan untuk menguji beda satu sampel, dua sampel maupun tiga
sampel atau lebih. Langkah-langkah uji hipotesis dan membuat kesimpulan
didahului dengan perumusan hipotesis dan alternatifnya sebagai berikut:
a)
Perumusan Hipotesis Hₒ yang akan diuji disertai keterangan
seperlunya.
b)
Perumusan Alternatif (Hı) yang sesuai dengan Hₒ
Isi dari alternatif
Hı ini bertentangan dengan hipotesis Hₒ, sehingga berdasarkan penelitian nanti
dengan mudah ditentukan apakah akan memilih Hₒ atau Hı.
c)
Perhitungan Statistik Uji
Statistik uji secara umum diperoleh dari sampel dengan menghitung
rata-rata hitung, simpangan baku maupun perangkat lainnya yang digunakan secara
parametrik untuk menguji data atau skor dari data apabila digunakan metode
nonparametrik untuk menguji data.Selanjutnya, dihitung nilai statistik uji
berdasarkan bentuk uji yang dilakukan dengan memperhatikan model distribusi
datanya. Nilai inilah yang nantinya akan di uji dengan kriteria yang ditentukan
kemudian.
d)
Penentuan Kriteria Uji
Selanjutnya setelah nilai statistik uji berhasil diperoleh maka
proses uji akan segera dimulai dengan menentukan kriteria ujinya. Kriteria uji
dilakukan dengan menggunakan tabel statistik yang sesuai dengan model uji yang
dilakukan dengan memperhatikan level of significance yang digunakan (α) serta
derajat bebas data apabila ada.
e) Pembuatan
Kesimpulan
Pembuatan kesimpulan dilakukan dengan membandingkan antara niali
statistik hitung dengan kriteria yang dihasilkan pada langkah sebelumnya.
Kesesuaian dengan salah satu kriteria akan menyebabkan terjadinya kesimpulan
untuk menerima atau menolak hipotetis nol.
Contoh Soal:
Misalkan akan
diuji, apakah pengepakan suatu produk barang di PT XYZ sudah sesuai dengan
ukurannya sebesar 50 kg.
Kemudian
diambil data sebanyak 10 data sebagai berikut :
49,9. 50,1.
50,1. 50,2. 49,8. 49,4. 49,7. 49,4. 49,1. 49,3.
Langkah yang
dilakukan adalah :
Langkah
pengujian pada dasarnya sama dengan sampel besar, kecuali pada kriteria
pengujian dan perhitungan nilai t
hitung.
1. Ho :
rata-rata berat barang sama dengan 50 kg.
H1 : rata-rata berat barang tidak
sama dengan 50 kg.
2. Menghitung t
3. Dengan level of significance α = 0,05 dan
derajat bebas = degree of freedom =
n-1= 9 serta bentuk uji dua sisi maka nilai
t tabel adalah 2,26.
4. Ho diterima
apabila ≤ t ≤ atau
-2,26 ≤ t ≤ 2,26 dan
Ho ditolak apabila atau ˂ t atau
t ˂ -2,26 atau t ˃ 2,26.
5. Dengan
membandingkan nilai perhitungan yaitu t = -2,48 dengan kriteria di atas, tampak bahwa t = -2,48 berada di daerah penolakan Ho . Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak.
C. Penutup
Hipotesis
statistik adalah suatu asumsi atau anggapan atau pernyataan yang mungkin benar
atau mungkin salah mengenai pramameter satu populasi atau lebih. Langkah-langkah atau prosedur yang dilakukan
dengan tujuan untuk memutuskan apakah kita menerima atau menolak hipotesis
mengenai parameter populasi disebut pengujian hipotesis. Untuk suatu hipotesis
yang telah dibuat, hanya dua kemungkinan yang akan kita putuskan, yaitu kita
akan menolak hipotesis atau menerima hipotesis, setelah kita menghitung dari sampel.
Menolak hipotesis artinya menyimpulkan bahwa hipotesis tidak benar. Sedangkan
menerima hipotesis artinya tidak cukup informasi dari sampel untuk menyimpulkan
bahwa hipotesis harus kita tolak. Artinya walaupun hipotesis itu diterima,
tidak berarti bahwa hipotesis itu benar.
Langkah–langkah
pengujian hipotesis : Perumusan hipotesis Hₒ yang akan diuji disertai
keterangan seperlunya., Perumusan alternatif (Hı) yang sesuai dengan Hₒ,
Perhitungan statistik uji, Penentuan kriteria uji, Pembuatan Kesimpulan.
Sumber Referensi
Reksoatmodjo, Tedjo N. 2009. Statistika (untuk psikologi dan pendidikan). (Bandung: Refika Aditama).
Koster, IR. Wayan dan Boediono. 2008.Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas (sederhana, lugas, dan mudah dimengerti). (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA).
Subana,dkk. 2000. Statistik pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia).
Suharjo, Bambang. 2013. Statistik Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan SPPS. (Yogyakarta : Graha Ilmu).
Reksoatmodjo, Tedjo N. 2009. Statistika (untuk psikologi dan pendidikan). (Bandung: Refika Aditama).
Koster, IR. Wayan dan Boediono. 2008.Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas (sederhana, lugas, dan mudah dimengerti). (Bandung: REMAJA ROSDAKARYA).
Subana,dkk. 2000. Statistik pendidikan. (Bandung: Pustaka Setia).
Suharjo, Bambang. 2013. Statistik Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan SPPS. (Yogyakarta : Graha Ilmu).
Komentar
Posting Komentar